Dalam bahasa Indonesia, “bathok” itu artinya tempurung kelapa. Selain mangkuk sajinya yg unik, masih ada satu lagi unsur kelapa yg layak dipujiken dr sajian khas nusantara ala dapur Noubu ini. Simak yak.
Pagi tadi, ketika bertandang ke garasi rumah mas Arif Susanto, yg disulap menjadi semacam warung soto ini, saya masih belum punya bayangan bakal seperti apa citarasa Soto yg akan saya temui nanti. Sambutan hangat dan ramah, segera saja terurai dari pak bos dapur Noubu sembari saya menunggu pesanan saya siap. Menurut penuturannya, soto bathok ini, menyajikan soto dengan cita rasa khas Solo. “Jadi mas, klo soto yg khas Solo itu, bedanya ada di kuahnya. Kalo soto khas Lamongan tampil dgn kuah yg kuning keruh dengan bumbu yang nendang, soto khas Solo ini, lebih soft delivery rasanya dan tampilan kuahnya bening segar” imbuhnya. Dan, memang benar saudara, sebelum disajikan di mangkuk bathok, kuah soto ini terasa tawar, baru ketika akan disajikan, setakar garam ditambahkan untuk memberi rasa. Plus satu lagi tambahan yg menjadi “faktor juara” pengesah kekhasan soto bathok ini.
Soto Bathok Ala Dapur Noubu
Adalah sesendok “koya khas” yang mematenkan rasa dari soto bathok ini. Ya, lagi-lagi ada unsur kelapa terlibat di dalam koyah ini. Serbuk kelapa sangrai ini membawa efek wangi dan gurih khas kelapa. Ketika diaduk dan bercampur kuah sotonya, duh gusti kombinasi rasanya meriah sekali. Panasnya kuah, mengirim rasa gurih, segar ditingkahi aroma wangi kelapa sangrai yang khas. Sedikit kecap manis, sesendok sambal dan seiris jeruk nipis semakin memperkaya rasa di semangkuk soto khas ini. Wait, belum kelar saudara, ada banyak pilihan sandingan untuk memeriahkan persamuhan anda, pagi tadi saya memilih sate usus seharga 5rb dan sate ati ampela seharga 7rb. Satenya gurih manis khas jawa tengah dah. Digandeng soto bathok yang seporsinya di banderol 10rb tadi, lupakan diet anda.
Warungnya ada di jl Bantaran gg 2 persis di sebrang Ponpes Al Hikam. Buka mulai jam 6 pagi sak habisnya. Puwaass pemirsa.