Cilukba, Marketingnya Ketemu VUCA

VUCA
VUCA

Kalau mendengar kata : cilukba

Apa yang ada dalam pikiran?

Kalau masa kecilnya di negara barat, pastilah tidak kenal dengan istilah itu. Karena di sana, istilah sejenis, dikenal dengan sebutan : peek-a-boo.

Cilukba itu apa?

Cilukba adalah bentuk permainan yang terutama dimainkan bersama bayi. Dalam permainan ini, satu pemain menyembunyikan wajah mereka, bisa dengan menutupnya dengan tangan atau sembunyi dibalik benda tertentu.

Kemudian secara tiba-tiba sang pemain muncul kembali ke pandangan yang lain, lalu mengatakan Cilukba!

Apa efek yang diharapkan? Efek kaget, dan kemudian tertawa.

Terserah sih, mau ketawa yang wkwkwkwk, hahaha, atau xixixixixix…

Tapi kalau ketemu cilukba dalam dunia pemasaran, apalagi di masa pandemi dan krisis, mana mampu tertawa? Adanya meringis sambil dalam hati menahan tangis, rasanya kayak diiris-iris.

Sudah susun rencana, namun kondisi berubah cepat, sehingga apa yang dipersiapkan sebelumnya, semburat porak-poranda.

Istilah yang populer digunakan atas situasi ini adalah : VUCA.

Awalnya, istilah ini digunakan dalam dunia militer. Sebuah situasi dan kondisi dimana pasukan memasuki medan perang dengan minim informasi, ketidakpastian, dan berbagai resiko yang dapat dialami dari berbagai sisi.

Chaos!

Situasi yang tidak terkendali.

Apa sih VUCA itu? Dan kenapa relevan dibahas saat krisis dan pandemi seperti yang sedang Kita alami?

VUCA adalah singkatan dari 4 kondisi, yakni

Volatility, Uncertainty, Complexity, Ambiguity.

Kalau boleh dibilang, empat sekawan ini paket komplit, super combo yang bisa bikin pusing tujuh keliling sampai nangis berguling-guling.

Gejolak, Ketidakpastian, Kerumitan, Dan Bias.

Dikutip dari akun instagram @alfafaizal

Sebagai pimpinan, keempat hal ini tentu jadi pengecoh dan pengacau dari kejelian Kita dalam melakukan analisis keseluruhan kejadian.

Saya pernah diajari pimpinan Saya pada saat bekerja di periode 2010 – 2014. Ada 4 tingkat analisis yang dapat digunakan dalam sebuah peristiwa atau kejadian.

1. Analisis Situasi,
Bagaimana situasi yang sebenarnya, lengkap unsurnya, kalau dalam jurnalistik, ada kaidah 5W, 1H, What, Who, When, Where, Why, dan How? Agar paham penuh, utuh, menyeluruh.

Lanjut ke,

2. Analisis Persoalan,
Apa persoalan yang penting dan mendesak, yang menjadi faktor atau variabel dalam upaya pencapaian tujuan Kita. Cari dan temukan, jangan sekedar gejala, tapi lidik dan lacak hingga ketemu penyebab, root-cause, penyeban yang paling mungkin.

Kemudian teruskan ke,

3. Analisis Keputusan,
Apa keputusan-keputusan yang akan diambil, dari situasi dan persoalan yang sudah diidentifikasi? Termasuk kemudian eksekusinya secara team, tools, timeline, dan budget sebagai konsekuensi dari keputusan yang dibuat.

Jangan lupa, lengkapi ke,

4. Analisis Persoalan Potensial,
Apa resiko resiko yang mungkin muncul dan timbul dari pilihan keputusan yang Kita ambil. Bagaimana manajemen resikonya? Serunya, analisis persoalan potensial ini, kalau disadari, menjadi situasi baru, yang membentuk cycle atau siklus, kembali ke analisis yang pertama.

Dampaknya? Kita jadi orang yang selau punya opsi dan solusi, nggak pernah kepentok dan buntu di jalan mati.

Keren cara berpikirnya, tapi saat kena VUCA, ya sama aja, bakalan ruwet dan mumet dari semenjak analisis situasinya, perlu lebih jeli, teliti, hati-hati dalam membaca situasi, menentukan persoalan, mengambil keputusan, dan mengantisipasi persoalan potensial.

Daripada kemudian, terkedjoet, terkaget-kaget, kena Cilukba, yang rasa-rasanya menjurus ke situasi prank, dijahili dan diusili, yang makin kerasa sebel dan kesalnya.

Salam Pertumbuhan!

Tulisan Dari Faizal Alfa
PT Fortuna iMARKS Trans

Perusahaan Pemasaran Yang Membanggakan Kota Malang

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *