Didalam buku The 7 Habit Of Highly Effective People oleh Stephen F Covey. Dijelaskan bahwa untuk menjadi pribadi yang efektif kita harus memiliki kesalingtergantungan (interdepence). Sebagai manusia dan sebagai makhluk sosial kita pasti akan mencari Lingkar Pertemanan yang mendukung goal yang akan kita tuju.
O : Orang
FA : Faizal Alfa
O :
Sam, apa pentingnya lingkar pertemanan?
FA :
Mau jawaban pendek apa jawaban panjang?
O :
Kalau jawaban panjang?
FA :
Lingkar pertemanan sangat penting dalam menentukan kualitas diri Kita saat ini dan potensi di masa depan. Penjelasan mudahnya, siapa 5 teman terdekat saat ini, akan menentukan cara berpikir 5 tahun ke depan, yang lebih ekstrim, isi dompet tidak akan jauh berbeda dengan 5 orang teman tersebut. Maka kalau ingin berubah, konsekuensinya, perlu merubah juga siapa teman yang diakrabi. Dalam hal kemakmuran memilih, dalam hal keimanan, memilih, bagus kalau dapat teman yang komplet.
O :
Oke, paham Sam, kalau jawaban pendek?
FA :
Jadi begini, studi kasusnya Saya temui dalam kasus pembinaan mitra penjualan beberapa produk yang Saya dampingi. Saya sebutkan beberapa, karena memang lebih dari satu, dan dari kategori produk dan bidang yang berbeda. Makanya Saya percaya diri menuliskan, karena tingkat akurasi informasinya, tergolong tinggi.
Ada produk makanan, produk, camilan, produk kesehatan, yang terbaru produk kosmetik, eh, ternyata fenomenanya sama.
Apa yang terjadi? Jadi begini, Saya temukan situasi dimana kombinasinya sebenarnya lengkap : produk bagus, market luas, bimbingan dan pendampingan dilakukan, konten keren yang relate dan relevan disuplai secara berkelanjutan, dan serunya, para mitra penjualan secara tekun, disiplin, melakukan apa yang disarankan oleh pusat, sempurna dilakukan.
Tapi apa yang terjadi?
Transaksi tak kunjung menghampiri, orderan tak kunjung diperoleh. Aneh?
Pada pusing dong? Karena metode dan konten yang sama, dipakai dan diterapkan oleh Pusat, mendulang hasil, tapi dilakukan oleh Mitra Penjualan, beda dampak!
Apa yang salah?
Investigasi dilakukan, didalami dan diteliti, akhirnya, ketemu sumber permasalahannya.
Yang salah ternyata, kualitas dari lingkar pertemanannya!
Jadi, meski sudah update status, sudah menginformasikan, melakukan penawaran, bablas tak berbekas, karena teman-temannya, tidak sesuai dengan segmen.
Istilah kerennya, social economy status (SES) nya nggak masuk. Bisa jadi butuh produk nya, tapi keputusan pembelian terhambat, karena : kurang uangnya, daya beli nggak ada, atau nggak mencukupi.
Makanya, mau nawarin cara apa juga, gak ketemu ujungnya, bukan perihal gak sayang, cuma karena kurang uang, sampai linggis mengambang ya bakalan gak dapat apa apa, hampa.
Solusinya? Dorong Mitra Penjualan untuk memaksa diri naik kelas. Bermain di kelas bawah, pasti ngos ngos an parah, maunya murah dan banyak, free ongkir pula, kalau nggak kuat ati, siap siap sakit ati.
Main di kelas atas, nggak menjangkau, ketinggian, mbayangin aja udah masuk angin.
Yang realistis, melangkah ke kelas menengah, yang memang daya belinya nggak setinggi kelas atas, namun juga nggak se receh kelas bawah.
Bagaimana langkahnya?
Mudah! Social Economy Status, memiliki beberapa indikator yang dapat dijadikan rujukan, misalnya : Income, Education, Occupation.
Tingkat penghasilan berapa? Level pendidikan apa? Dan pekerjaannya apa?
Supaya tidak salah teman
Salah nawari
Salah hasil
Ntar, pemerintah lagi yang disalahin, duhkah….
Jadi? Musti pilih pilih teman? Silakan disimpulkan sendiri.
Gaul dengan semua kalangan!
Teman pilih pilih
Meski nggak menghasilkan, minimal pilih yang lucu, jangan pilih yang nyebelin.
C. I. R. C. L. E.
Salam Pertumbuhan!
Faizal Alfa
PT Fortuna iMARKS Trans
Konsultan Pemasaran
www.imarks.co.id