Coba bayangkan situasinya, saat krisis, perilaku pembelian menurun.
Segenggam tanya akan mengarah pada Tim Marketing. Apa yang sebaiknya Kita lakukan?
Berhubung malas mikir, gampang aja Tim Marketingnya akan menjawab :
“Ayo, Kita bikin promo diskon”
Gak salah sih, dan gak masalah, karena kalau ditanya argumen pendukungnya, bakalan ada. Kenapa kok program diskon yang diajukan?
Karena kalau kita bikin diskon, maka, akan ada dampak peningkatan angka penjualan yang Kita catat. Terserah aja sih mau diskon yang mana, apakah diskon di lokasi, atau, diskon yang dipajang di aplikasi.
Andai diskon adalah obat sapu jagat, setiap ada masalah pemasaran, diskon solusinya. Nggak laku itu yang punya titel konsultan pemasaran, nganggur bakalan dia, di rumah main game online, lumayan, bisa jadi YouTuber game, wkwkwkwk.
Dikutip dari akun IG @alfafaizal www.instagram.com/alfafaizal
Itulah fenomena marketing males mikir. Kalau kata Babe Ghufron, owner Foresthree Kitchen x Tempat Bercakap Kopi Kediri, kalau cuma mau bikin kerumunan, antrian, dan angka omzet yang naik, jual rugi aja barangnya Sam Faizal, pasti pada ngantri.
Sebuah kebenaran yang meresahkan memang.
Karena diskon, tanpa pemahaman yang utuh, adalah fenomena nyata, kawan jadi lawan. Kok bisa? Gini lho pembahasannya :
A. Potensi Salah Persepsi
Bayangkan ada sebuah publikasi promo, diskon gede-gedean, tanpa ada alasan atau momen yang mendasari, apa yang muncul di persepsi?
Bukannya tertarik, pikiran prospek dan konsumen, malah potensi berkelana dan piknik.
Ini nggak ada hujan, nggak ada angin, kok nge diskon, jangan jangan bangkrut? Apa dia mau tutup ya?
Apalagi kalau judulnya : cuci gudang, atau, clearance sale. Emang, mau dikosongin dan ditinggalin ya? Kok di cuci gudangnya?
Maka kalau bikin promo, pastikan ada reason-nya, dalam rangka apa? Beberapa alasan yang lumrah dan dapat diterima misalnya : dalam rangka pembukaan cabang baru, ulang tahun, launching produk varian baru, atau turut merayakan hari besar.
Waspada ya, diskon tanpa keterangan dalam rangka apa, bukannya menarik perhatian, justru malah menimbulkan kecurigaan.
B. Mau Untung Malah Buntung
Kalau diskon diklaim dapat menaikkan omzet? Dalam paham awam, memang dapat diterima. Setiap Kita bikin diskonan, melesat angka penjualan.
Iya sih, tapi, indikator kan nggak cuma omzet ya?
Percuma omzet melesat, tapi profitnya sekarat.
DCD alias Dapat Capeknya Doang.
Misal nih ya, profit margin 25%, lalu ngasih diskon 20%, bagi konsumen jaman sekarang, diskon 20% kan remeh temeh? Lha mereka terbiasa dijejali cashback 40% sama aplikasi aplikasi itu? Gak heboh kan diskon 20%?
Hla tapi kalau profit margin usahanya 25%, dijadikan diskon 20%? Wah, bagi perusahaan, itu gak cuma motong ekor itu, bisa sekalian motong kaki belakang itu, nambah omzet, tapi nambah susah.
Ilustrasi 1 :
Kita simulasikan ya. Barang harga 100.000, yang beli 10 orang, mayan, omzet 1.000.000. Profit 25% = 250.000
Ilustrasi 2 :
Bikin promo, di diskon 20%, cukup bayar 80.000, yang beli nambah, dari 10 orang, nambah pembeli baru lagi, jadi total 20 orang, dapat lah, omzet 1.600.000, nambah kan omzetnya? Dampak ya?
Profitnya? 5% = 80.000
Ni cari keuntungan apa kerepotan? Ni nambah penghasilan, apa nambah pekerjaan?
C. Salah Jerat Salah Pikat
Nah, 10 orang yang beli saat harga 100.000 jadi 80.000, apakah konsumen yang Kita cari?
Barang 100.000 dia gak beli, giliran 80.000 dia berbondong beli.
Saat di set normal lagi 100.000, bakalan balik beli nggak? Ya enggak lah, orang uangnya cuman 80.000.
Jadi, bukan produk Kita kurang apa dan kurang bagaimana, tapi, karena sebatas, dia kurang uangnya! Dan itu salah Kita sendiri, karena konsumen yang Kita jerat dan pikat, konsumen kelas 80rb, padahal produk Kita level 100rb.
Makin males mikir marketingnya, karena kemudian berargumen : kalau nggak promo diskon, Kita nggak bakal ngangkat omzetnya Pak! Blaen!
Sudah lelah, eh, ternyata ngumpulin segmen market yang salah.
Muter muter aja dalam lingkaran setan, pusing, sampai setannya aja ikutan bingung.
Salam Pertumbuhan!
Faizal Alfa
PT Fortuna iMARKS Trans
Perusahaan Pemasaran Yang Membanggakan Kota Malang