“Di kesempatan yang baik ini, ingin Saya sampaikan……….Sabar!”
Kalau aktif di media sosial atau beredar di grup WhatsApp, pasti pernah menonton atau mendapat kiriman video tersebut. Sebuah potongan video yang menampilkan Presiden RI, Jokowi yang menyampaikan pidato.
Dalam suasana pandemi, tentu potongan video itu bisa dibawa kemana-mana, di persepsi dengan aneka arti.
Aaah……., Jadi ingat, kutipan dari The Lord Of Broken Heart, Didi Kempot, yang menyampaikan :
“Sing uwis yo uwis, lara ati oleh, ning tetep kerjo yo, sebab uripmu ora iso diragati karo tangismu.”
Yang sudah ya sudah, sakit hati boleh, tapi tetap kerja ya, sebab hidupmu tidak dapat dibiayai dengan tangismu…..
Savage!
Sama juga dengan ajakan sabar tadi. Karena, masalahnya, segala kebutuhan hidup, tanggungan, serta cicilan, tetap perlu dibayar, dan tidak bisa dilunasi dengan lima huruf yang dieja : s-a-b-a-r.
Sekitar 2010, Saya pernah bekerja di sebuah lembaga pelatihan. Satu waktu, pimpinan Saya pernah bilang :
“Sabar itu, bukan diam dan tenggelam, sabar itu justru berhasrat menang dan menyerang. Salah jika sabar hanya pasif dan menunggu, tapi aktif dan menyerbu.”
Bagi Saya, kalimat itu, di saat itu, sangat mendalam, karena Saya baru menbuat perusahaan kehilangan potensi pekerjaan senilai puluhan juta, karena lambat dan tidak akuratnya keputusan yang perlu Saya ambil.
Dikutip dari akun instagram @alfafaizal
Keputusan menulis ini, memang sarat dan erat kaitannya dengan situasi pandemi. Bagaimana tidak, mau kemana, berada dimana, Kita tak akan lepas dari istilah : protokol kesehatan alias prokes.
Dalam berbagai statemen, digaungkan istilah adaptasi kebiasaan baru. Saya bersyukur, sempat terlibat dalam proyek dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk kampanye mengenai hal ini, dan kemudian mendapat informasi level atas mengenai betapa seriusnya situasi dan kondisi yang dihadapi.
Di sisi lain, Saya juga seorang praktisi, konsultan marketing yang terjun dalam kenyataan dan beraksi di lapangan. Kondisi bisnis memang benar-benar tidak mudah. Ada aneka kejutan ditemui oleh para pelaku usaha. Ada yang kukuh bertahan, ada yang terpaksa menyerah pada keadaan.
Saya berpikir, bahwa ada yang dapat dilakukan. Latar belakang saya di bidang edukasi, bertaut dengan pengalaman yang diperoleh dalam kenyataan di lapangan, Saya pikir jika dituangkan secara ringan dan kekinian, punya peran dan mencerahkan.
Terlintas di kepala :
Protokol Kesehatan Marketing
Adaptasi Kebiasaan Baru Pemasaran
Tak sabar, ide ini Saya corat coret ala mind-mapping di selembar kertas A4 anak sulung Saya, Sashira Naysa Aqila. Momennya syahdu juga, sekitar pukul 2 atau 3 dini hari, malam takbiran, jelang Idul Adha 2021.
Besoknya, ada antusiasme tinggi yang memberi Saya energi. Saya kontak kawan penerbitan buku, diskusi singkat mengenai ide Saya.
Lumayan cepat ngeklik, karena Saya sudah beberapa kali menulis dam menerbitkan buku, baik bagi diri sendiri maupun menjadi ghost writer untuk beberapa personal, perusahaan nasional, bahkan kementerian.
Kawan penerbitan merespon dengan singkat dan padat :
“Dari judulnya sudah ciamik, pas momennya, lekas tuntaskan naskahnya.”
Proses pun bergulir, karena Saya yakin di situasi serba baru dan tidak pasti ini, pemahaman atas situasi saat ini, dan kemana arah melangkah menjadi penting. Daripada rasan-rasan, lebih baik berperan, dalam bidang Saya : Pemasaran.
Semoga Allah mudahkan.
Salam Pertumbuhan!
Tulisan Dari Faizal Alfa
PT Fortuna iMARKS Trans
Perusahaan Pemasaran Yang Membanggakan Kota Malang