VR46, pasti tahu dong dengan legenda Moto GP asal negeri pizza, Italia. Pemegang 9 kali gelar juara dunia yang dikenal dengan teknik kibasan kaki atau leg dangle yang fenomenal. Valentino Rossi menjadi juara bukan karena kebetulan dan keberuntungan semata. Ada kerja keras dan skill yang diasah, serta ditempa dengan seksama.
Satu hal yang menjadi catatan dalam perjalanan juara Valentino Rossi adalah kemampuanya yang luar biasa dalam menyalip kompetitornya, saat berada di tikungan. Wah, jago nikung ya ternyata Rossi ini, bahaya nih kalau punya gebetan, jangan dikenalin sama Dia, karena, jodoh nggak akan jauh kemana, palingan juga disamber sama teman, wkwkwkwk.
Hlo, MotoGP kan balapan, adu kecepatan, kok malah bahas tikungan? Bukannya saat menikung, justru momen ketika pebalap menurunkan kecepatan, momen saat melambat?
Justru itu yang jadi kunci, karena momen overtaking atau salip menyalip, ternyata justru lebih banyak terjadi di tikungan. Beberapa sirkuit, bahkan punya istilah titik salip, yang ditandai dengan lokasinya di tikungan ke berapa, karena statistik menunjukkan, mayoritas momen perubahan posisi pebalap, terjadi di tikungan – tikungan tersebut.
Tikungan adalah posisi sulit, perlu melambat, tapi nggak boleh berhenti. Kalau ngegas kebablas, justru akan jadi blunder, dan menyebabkan kendaraan keluar dari trek, dan pebalap terpelanting dari tunggangannya, crash!
Hey, kok sama ya gambaran analoginya dengan situasi saat krisis terjadi? Perlu melambat, tapi nggak boleh berhenti, dan tetap menjaga gas lebih tinggi dari kompetitor, agar selepas tikungan mendapatkan keunggulan dalam perebutan posisi.
Marketing Is Overtaking!
Dikutip dari unggahan akun instagram IG @alfafaizal
Maka ada 3 saran yang dapat dilakukan secara marketing di saat krisis :
1. Penjualan
Jaga angka penjualan dari konsumen yang terbukti beli lagi dan beli terus, meski krisis melanda. Merekalah konsumen sesungguhnya, mereka adalah konsumen yang setia, belanja di saat lapang, dan tetap belanja di saat sempit. Rawat! Buat kalender belanja, petakan perilaku dan polakan proyeksi perulangan transaksinya. Jangan sampai terlena dengan pemikiran bahwa mereka sudah beli dan bakalan terus beli. Jika tidak dirawat seksama, jangan baper kalau sekalinya mereka kecewa, bakalan ditampung dan dirawat oleh perusahaan tetangga. Masa tukang tikung kena tikung?
2. Prospek
Ciptakan animo, dengan tetap menggaet dan menjaring prospek baru meski krisis sedang melanda. Saat krisis berada di tekanan paling berat, Saya sampaikan sebuah perumpamaan pada klien, bahwa saat ini, karena sedang berada dalam himpitan faktor-faktor eksternal, anggap saja outlet sedang tutup, namun, Kota nggak diam dan pasif, justru super aktif dan agresif memicu animo dan menggaet prospek, sebagai sebuah deposit atau tandon. Sehingga saat pada titik tertentu kran dibuka, akan tertumpah ruah, mengalir deras, menghempas. Jadi memang sulit saat terhimpit, tapi tetap lincah bergerak, karena saat malam semakin kelam, maka sebenarnya justru pagi segera datang. Wuish, kebijakaanaan level tinggi nih…
3. Popularitas
Saat di tikungan, maka semua pada ngerem, artinya, Kita juga ngerem, tapi jangan sampai berhenti. Maka saat krisis terjadi, lumrah jika terjadi penyesuaian, pemotongan, pengurangan, jumlah pasukan di bagian operasional. Hal ini dikarenakan, jumlah yang dilayani, berkurang drastis dari angka normalnya. Secara marketing? Jumlah dan kekuatan timnya, kawal agar tetap terjaga. Ingat filosofi sebelumnya, umpamakan ini sedang tutup, dan justru bersiap untuk buka kembali, re-opening pada momennya! Maka Marketing justru perlu full team dan full power. Lagian kalau mau menjaga popularitas, ngiklan justru lebih murah hlo saat krisis, dan eksposure juga lebih tinggi, dengan budget yang sama, bahkan lebih hemat. Masuk akal, karena yang lain pada tiarap.
Melambat, jangan berhenti, jaga ritme, siap-siap melaju lebih dini. Overtaking!
Salam Pertumbuhan!
Faizal Alfa
PT Fortuna iMARKS Trans
Perusahaan Pemasaran Yang Membanggakan Kota Malang