Alkisah, di negeri antah berantah, seorang Shifu memberi tahu, bahwa tidak ada cara marketing yang paling benar, adanya adalah : yang cocok.
Karena beda market, beda produk, beda teknik penawaran, beda cara closing, beda jelas, beda tegas.
Apalagi dalam situasi pandemi seperti yang terjadi dan sama-sama Kita alami. Komplit bahan baku buat bingungnya. VUCA lengkap tersaji, Volatility atau gejolak, Uncertainty atau ketidakpastian, Complexity atau kompleksitas, dan Ambiguity atau kerancuan, kondisi dilematis bagi pelaku bisnis.
Maju ragu-ragu, mau mundur juga resiko hancur, dikira bercanda, eh pandeminya merajalela.
Pandemi ini kondisi baru, sehingga tidak banyak yang benar-benar tahu, bahkan dalam beberapa kondisi, pandemics jadi infodemics, karena yang kena penyakit “kem” mendadak banyak.
Sebentar, apa sih “kem” itu, tentu saja “kem” yang dimaksud adalah “kemeruh” alias sok tau dalam bahasa Indonesia. Tersesat sih nggak apa, tapi kalau menyesatkan itu bahaya.
Ilustrasi sederhana, di Indonesia paparan virus corona diumumkan oleh Presiden pada 2 Maret 2020. Saat tulisan ini dibuat, total 3 juta jiwa lebih terpapar, dengan lebih dari 80.000 korban meninggal dunia, dan 2,4 juta lebih sembuh. Serunya, ahli corona nya, ahli ngana, ahli nganu, ahli ana, ahli anu nya, bisa sampai lebih dari 271 juta jiwa, alias sejumlah seluruh rakyat Indonesia.
Hal yang sama, menurut Saya, marketing itu gak bisa di gebyah uyah, karena sangat kontekstual. Gak bisa dipukul rata semua sama. Yang dapat dipolakan, adalah nalarnya.
Sambung nalarnya, jalan prosesnya.
Baca Juga : Protokol Kesehatan Marketing Adaptasi Kebiasaan Baru Pemasaran
Ada satu nalar berpikir penting yang Saya temukan juga berhasil dengan baik saat diterapkan di klien yang mengambil layanan konsultan pemasaran di Saya. Sebuah teknik sederhana yang disebut : validasi.
Se penting apa validasi di masa pandemi ini? Sangat penting!
Situasi baru memerlukan pendekatan baru!
Dikutip dari unggahan akun Instagram @alfafaizal
Praktis saja kok penerapannya.
Marketing Anti Nyasar
1. Tentukan semesta segmen market
Siapa yang disasar dalam validasi ini
2. Tentukan semesta jumlah
Berapa orang leads/ prospek yang divalidasi
3. Tentukan semesta waktu
Periode validasi dilakukan berapa lama? Dalam keadaan VUCA, semakin pendek periode, tingkat akurasi semakin relevan.
Apa mantranya? Singkat dan mudah diingat :
Uji, Ukur, Peringkatkan!
A. Uji
Uji beberapa metode dengan beda segmen, jumlah yang ditentukan, waktu yang disepakati, dengan penawaran yang sudah disusun. Makin lengkap, dengan budget yang sudah dianggarkan sekalian. Perlu beberapa, agar dapat menjalankan proses komparasi atau perbandingan
B. Ukur
Setelah dijalankan, lakukan pengukuran, dari indikator umum marketing, seperti jumlah prospek yang diperoleh, angka konversi, besaran belanja, frekuensi belanja, atau margin keuntungan yang diperoleh. Familiar dengan 5 ways to increase profit nya Brad Sugars? Bisa digunakan. Kalau validasi dilakukan di aset digital? Ukur dari sisi penambahan followers/ subscribers, peningkatan engagements (like, comments, share, save, DM, profile visits, views, dan sebagainya)
C. Peringkatkan
Buat peringkat, dari hasil pengukuran! Hal ini membuat relevansi naik berlipat. Diskusi dengan anggota tim maupun antar tim jadi jalan dengan punya landasan. Nggak capek selalu asumsi bentrok dengan asumsi? Lama lama jadi asmuni, asal muni, alias asal bunyi. Saatnya paparan data direspon dengan argumen berdasar fakta.
Lakukan dengan berkelanjutan, ulang mantranya : Uji, Ukur, Peringkatkan.
Yang gagal, di review dan dilakukan perbaikan, yang berhasil diulang, dan ditambah dosisnya, dijadikan winning-formula.
Selamat menjalankan.
Karena di mana mana, penak sing nyawang, penak sing maido, tapi yang memetik hasil adalah yang terus berjuang, dan tanpa henti semangat lets go!
Salam Pertumbuhan!
Faizal Alfa
PT Fortuna iMARKS Trans
Perusahaan Pemasaran Yang Membanggakan Kota Malang