Coba bayangkan, saat situasi tenang saja, keputusan dapat salah, apalagi dalam kondisi bimbang dan gamang, adanya, malah panik!
Itulah yang terjadi saat dilanda VUCA. Situasi krisis adalah situasi yang merepresentasi VUCA. Pelik, bikin orang panik.
Kabarnya, orang yang berada dalam kondisi panik, itu tingkat kecerdasannya dapat turun hingga 30%, sebuah angka yang signifikan, dan itu dengan catatan bahwa orang tersebut awalnya cerdas. Kalau awalnya sudah minus, au ah gelap……
Volatility atau gejolak, perlu ditangkal dengan jurus handal, yang disebut dengan : Vision! Selama masih punya visi yang jelas dan kuat, maka aneka gejolak dapat diatasi dengan ketenangan tingkat tinggi.
Uncertainty atau ketidakjelasan, dapat dihadang dengan kondisi matang, yang disebut : Understanding. Ngerti dan memahami situasinya. Begitu krisis, maka langsung lakukan identifikasi, bidang industri Kita termasuk yang lumpuh, stagnan, atau tumbuh?
Kalau lumpuh, lakukan pivot atau putar haluan. Kalau stagnan, lakukan improvisasi. Kalau tumbuh? Jangan salah, ada industri tertentu yang justru tumbuh saat krisis terjadi.
Complexity atau kompleksitas, kerumitan yang hakiki. Sejak kapan sih bisnis itu tidak kompleks? Hla istilahnya saja sudah : business, kesibukan tiada akhir. Kelola dengan : Clarity. Kejelasan adalah poin keunggulan.
Ilmunya sekarang banyak. Jelas dari awal secara business model, jelas secara langkah dalam business process, jelas secara marketing dengan 5 Kaidah Pemasaran. Jelas, lugas, tuntas, terang benderang.
Ambiguity atau kerancuan. Nggak perlu lama lama, basmi dengan : Agility. Sebuah kelincahan akan memberikan perbedaan. Kerancuan jika tidak diolah dengan lincah, akan bikin bingung, karena tindakan yang sama, dapat memberikan hasil dan dampak yang berbeda. Hati hati brand baru dan outlet baru.
Awal buka, animonya luar biasa, awas konsumen semu, yang datang karena dipicu rasa penasaran, namun saat diharapkan datang kembali, dia tak muncul saat dinanti.
Maka, jangan kesusu, pantang grusa-grusu, tahan diri agar tidak gegabah. Marketing di saat krisis perlu taktis.
Dikutip dari akun instagram @alfafaizal
Perhatikan 5 unsur yang jadi unsur lingkungan usaha :
1. Customer
Siapa konsumen yang dibidik? Siapa pasar yang disasar? Ingat, bukan market yang tiba-tiba memilih Kita. Perusahaan-perusahaan besar, menentukan sedari awal, siapa yang mereka layani.
2. Competitor
Siapa pesaing yang kita masuki kompetisinya? Jangan kepedean bahwa usaha yang Kita jalankan nggak punya kompetitor ya. Saat konsumen nggak beli kesini, lalu beli kesana, maka itulah kompetitor, diakui atau tidak.
3. Company
Sisi dalam, dari perusahaan Kita sendiri. Apa masalah yang Kita selesaikan? Apa kebutuhan yang Kita penuhi? Apa keunggulan, pembeda, dan nilai tambah yang Kita sematkan? Apa nilai nilai yang Kita jaga dan sebarluaskan?
4. Condition
Lihat, dengar, rasakan, pertajam dan perdalam, apa situasi yang Kita hadapi saat ini, dan kemana semua ini mengarah? Matangkan wawasan dan iris analisis, untuk menemukan celah sempit peluang yang dapat diolah jadi hasil melimpah.
5. Change
Tak ada yang abadi, karena yang pasti terjadi adalah perubahan itu sendiri. Libatkan teknologi, gandeng anak-anak masa kini, apa yang dapat Kita serap dan terap sebagai inovasi yang menjadi titik akselerasi dalam proses marketing yang Kita miliki.
Salam Pertumbuhan!
Faizal Alfa
PT Fortuna iMARKS Trans
Perusahaan Pemasaran Yang Membanggakan Kota Malang