Penulis : Ahmad DS, Kyai Marketing
Beberapa kawan bertanya kepada saya, apakah Mie Gacoan yang outletnya megah dan besar, bisa untung? Padahal hanya menjual Mie Level dan Dimsum seharga Rp10.000/porsi dan minuman Es Buah dengan harga serupa.
“Gacoan baru saja menyewa bekas gudang seluas 3.000m di Jalan Raya Sawangan Depok, padahal sewanya Rp. 700 juta/tahun.” Ujar Pak Ary, kawan saya dengan wajah terheran memulai topik diskusi kami di pinggir Telaga Kahuripan Bogor.
Saya sendiri sudah pernah makan di Mie Gacoan cabang Margonda, Depok. Saya sudah mendokumentasikan di Youtube Channel saya : Kyai Marketing .
Baca Juga : 5 Tips Usaha Kuliner Pinggir Jalan Paling Efektif dan Mudah
Untuk menjawab pertanyaan Pak Ari itu saya membuat simulasi hitungannya. Ingat perhitungan ini adalah sifatnya subjektif dan mungkin saja tidak mewakili realita yang ada .
Saya mengambil contoh Mie Gacoan cabang Margonda Depok.
Mie Gacoan itu konsepnya 24 jam. Mereka memilih konsep itu untuk memaksimalkan jumlah omset penjualan dan juga produktivitas dari bangku dan kursi.
Saya memang tidak menghitung detail namun saya perkirakan di Mie Gacoan Margonda minimal ada 150 kursi paling sedikit.
Setiap kursi saya perkirakan selama 24 jam itu didudukin 30x . Mengapa demikian?
Baca Juga : Bisnis Franchise Roti Stasiun, Cuma Segini Modalnya
Membandingkan dengan bisnis Sambal Bu Nik yang sedang viral itu rata-rata tempat duduknya diduduki 15 kali pelanggan. Padahal Sambal Bu Nik itu buka bukan 24 jam hanya dari jam 09.00 pagi sampai dengan jam 12.00 malam.
Jika satu konsumen rata-rata menghabiskan minimal Rp.22.000 (1 mie dan 1.minum + pajak) . Maka kita bisa menghitung omset harian Mie Gacoan:
Rp. 22.000 x 150 x 30 = Rp 99 jjuta/hari.
Atau sama dengan
Rp. 2.97Miliar/bulan.
Dengan membeli dan merasakan Mie Gacoan dan melihat porsinya saya bisa menduga bahwa semangkok Mienya yang harganya Rp10.000 itu harga pokok penjualannya (HPP) kira-kira hanya Rp4.000/porsi.
Sedangkan untuk minuman seperti es buah yang harganya Rp10.000 itu saya perkirakan harga pokok penjualannya hanya Rp2.500.
Baca Juga : Do.Nuts, Donat asli Malang Berbahan Premium dengan Harga yang Terjangkau
Jadi jika dihitung harga pokok penjualannya adalah sebagai berikut:
HPP: Rp 6.500 x 150 x 30 = Rp. 29.2 juta.
atau Rp. 876 juta/bulan
Biaya sewa ruko di Margonda diperkirakan Rp. 500 juta/ tahun atau Rp. 41.6 juta/ bulan
Biaya gaji karyawan yang lazim di dunia kuliner itu antara 5% sampai 10% dari Omset . Saya mengambil angka 5% sehingga didapat total biaya gaji karyawan adalah sebesar Rp. 148 juta, untuk tiga shift karyawan ditambah manager.
Sedangkan untuk biaya operasional outlet seperti listrik, air , sampai pajak reklame dll biasanya dialokasikan 10% dari omset atau Rp. 296 juta.
Baca Juga : 5 Rekomendasi Wisata Kuliner BSD Tangerang yang Wajib Dicoba
Pajak restoran (PB 1 10%) atau Rp. 296 juta. Tapi jarang sekali saya menemukan fakta di lapangan. Ada pengusaha kuliner yang 100% jujur membayar pajak PB 1.
Umumnya mereka hanya membayar sekitar 50% nya saja. Sehingga biaya pajak restoran yang dibayarkan 50% nya sama dengan Rp 148 juta/bulan
Mie Gacoan juga punya pendapatan sampingan berupa parkir mobil dan motor yang bayarnya langsung ke kasir.
Jika kita asumsikan 50% pengunjungnya menggunakan motor dengan tarif parkir Rp2.000 . Hal ini karena saya lihat Kebanyakan yang yang datang adalah muda-mudi yang sedang menjalin kasih.
Baca Juga : Kuliner Ceker Pedas tapi Enak dan Empuk, Ceker Jahat Mamandud
Jika Omset Rp 2.97 miliar dibagi 20.000 maka akan ketemu angka jumlah pengunjung Mie Gacoan Margonda adalah sekitar
148.500 orang/ bulan.
Yang naik kendaraan bermotor (sepeda motor) 50% atau 74.000 orang/bulan.
Maka pendapatan dari parkir adalah sebesar
74.000x Rp. 2.000 = Rp. 148 juta/bulan.
Laba bersih Gacoan Margonda diperkirakan:
(Rp. 2.97 M + Rp. 148 juta) – 41,6 juta- 148 juta- 296 juta – 148 juta
=2, 48 Miliar/bulan
Jika Mie Gacoan membayar sewa 10 tahun dibuka maka dia harus membayar 10 x Rp 500 juta atau sama dengan Rp. 5 miliar.
Renovasi perizinan peralatan perlengkapan pajak reklame dan lain-lain kita perkirakan di angka Rp 10 miliar.
Baca Juga : Cilukba, Marketingnya Ketemu VUCA
Maka total investasi outlet Mie Gacoan Margonda adalah sebesar Rp 15 miliar.
Dengan omset penjualan Rp. 2,48 miliar per bulan maka investasi sebesar Rp 15 miliar akan kembali antara 6 sampai 8 bulan saja.
Sesepi-sepinya, saya masih berani memprediksi balik modal dari Mie Gacoan gak lebih dari 24 bulan. Sisanya 8 tahun tinggal menikmati keuntungan.
Namun biasanya industri kuliner sangat rentan persaingan dan imitasi produk. Oleh karena itu mungkin setelah 2 sampai 3 tahun jumlah penjualannya tidak akan fantastis saat ini.
Namun apabila Mie Gacoan berhasil mempertahankan kualitas bisa jadi dia akan menjadi selegendaris Bakmi GM. Mengingat mie adalah makanan pokok kedua setelah nasi bagi orang Indonesia
Baca Juga : Stop Ngurusin Kompetitor
Pelajaran yang kita dapat dari kasus Mie Gacoan adalah jangan melihat harga Rp 10.000-nya saja, namun lihatlah HPPnya yang rendah dari produk mie dan minuman. Dan keberhasilannya menarik ribuan pelanggan dalam sehari menggunakan teknik viral marketing dan social media marketing.
Jadi, buat kalian yang mau bikin restoran seperti Mie Gacoan jangan takut buka, kasihan Mie Gacoan jalan sendirian. Tapi jangan kayak grupnya Bensu, bikinnya skala kecil cuma satu ruko ya kebanting dengan Mie Gacoan yang Asli.
Masalahnya duitnya dari mana untuk modalin Rp 15 miliar itu?